Sabtu, 26 Desember 2015

Teori Akuntansi Second Half Period

ASSET

FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) sebagai manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Hampir sama dengan itu IASC juga mendefinisi aset sebagai suatu sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil kejadian masa lalu yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapakan didapatkan oleh perusahaan.
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus memiliki manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Manfaat ekonomik ini ditunjukkan oleh potensi jasa atau utilitas yang melekat padanya sebagai yaitu suatu daya atau kapasitas langka yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendapatkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik. Disamping manfaat ekonomik, suatu objek bisa dikatakan sebagai aset, objek tersebut tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Artinya, untuk memiliki aset harus terdapat proses yang disebut dengan transfer kepemilikan. Krtieria lain yang merupakan penyempurnaan dalam pendefinisian objek sebagai aset adalah aset merupakan akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Selain beberapa karakteristik yang telah disebutkan, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.

Karakteristik umum aktiva sebagai berikut :
1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva
3. Berkaitan dengan entitas tertentu
4. Menunjukkan proses akuntansi
5. Berkaitan dengan dimensi waktu
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran


Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki 3 karakteristik
utama:
  1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang cukup pasti dimasa mendatang. Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk dimasa mendatang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
SFAC No 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk melunasi hutang. Jadi manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Manfaat ekonomi masa mendatang dapat juga berhubungan dengan sumber-sumber ekonomi. Ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk menunjukkan sumber-sumber ekonomi yaitu kelangkaan dan kemanfaatan. APB dalam statement No 4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut:
a.       Sumber-sumber ekonomi yang produktif
b.      Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan dalam produksi.
c.       Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain seperti hak guna bangunan dsb.
d.      Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/ barang yang masih dalam proses produksi.
e.       Uang
f.       Klaim untuk menerima uang
g.      Hak pemilikan pada perusahaan lain

2.      Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat menggunakan manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Jadi penguasaan terhadap suatu manfaat merupakan faktor yang sangat penting agar suatu unit usaha dapat menghalangi akses pihak lain terhadap pemakaian aktiva. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu ativa dapat diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, Penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran. Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu perusahaan. Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik bukan faktor penentu dari aktiva

3.      Hasil Dari Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability. Mac Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang tersebut. Meskipun demikian, FASB menolak ide tersebut karena pada dasarnya manfaat dari suatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan.

Mengukur dan Menentukan Kos Aset pada saat perolehan
KOS : Jumlah rupiah yang disepakati untuk barang dan jasa yang diperoleh  atau untuk surat surat berharga yang diterbitkan dalam transaksi keuangan antara dua pihak yang bebas (independen)

NILAI KELUARAN (EXCHANGE OUTPUT VALUES) :
Didasarkan atas jumlah rupiah atau penghargaan lainnya (nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha karena suatu pertukaran.

Dasar penilaiannya :
1.    Penerimaan kas atau potensi jasa di masa mendatang diskontoan (discounted future cash receipts/service potentials)
Digunakan jika : harapan penerimaan kas atau setaranya cukup pasti dan senggang waktu sampai penerimaan cukup panjang tapi saat atau tanggal penerimaan pasti.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : investasi dalam obligasi, piutang wesel jangka panjang, dan deposito berjangka.

2.    Harga jual sekarang (Current output price)
Digunakan jika : harga jual pada saat pelaporan mencerminkan harga di masa mendatang bila pos bersangkutan keluar dari unit usaha.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : surat berharga dan beberapa jenis persediaan barang tertentu.
3.    Nilai setara Tunai (Current cash equivalent)
Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas yang dapat direalisasi dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan yang normal.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva berwujud.
4.    Nilai Likuidasi (Liquidation Values)
Digunakan jika : unit usaha kemungkinan besar tidak akan dapat menjual produk atau aktiva dalam saluran penjualan yang normal, syaratnya :
  1. bila produk /potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat normalnya, usang, atau tidak laku lagi dipasarkan.
  2. Bila unit usaha merencanakan untuk menutup usaha dalam waktu dekat sehingga tidak dapat menjual seluruh potensi jasa unit usaha dalam pasar yang normal

NILAI MASUKAN (EXCHANGE INPUT VALUES) :
Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan /dikorbankan untuk memperoleh aktiva atau objek jasa tertentu yang menjadi masukan dalam unit usaha.
Dasar penilaiannya :
1.  Kos Historis (Historical Costs)
Kos menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya.
Keunggulan : dapat diuji (verifiable), dapat diandalkan (reliable)
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva tetap berwujud.
2.  Kos masukan sekarang (Current input costs)
Digunakan jika : ada bukti pendukung yang kuat untuk verifikasi.
Istilah lain : kos ganti (replacement cost)
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : persediaan barang dan aktiva lainnya.
3.    Kos masa mendatang diskontoan (discounted future costs)
Nilai ini menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomik di masa mendatang seandainya potensi jasa tertentu tidak diperoleh/dibeli sekaligus pada saat sekarang.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : pos-pos aktiva berwujud.
4.  Kos standar (Standar costs)
Digunakan jika : jika kos tersebut menggambarkan kos pada saat sekarang dalam kondisi perusahaan yang normal, yaitu pada tingkat efisiensi dan kapasitas yang normal.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini : fasilitas fisik yang dibangun sendiri.

FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:
a.    Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.
b.    Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang.
c.    Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.
d.   Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e.    Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

KONSEP PENILAIAN SUATU ASET
1.     Nilai Likuidasi (Liquidity Value)
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika aktiva atau sekelompok aktiva dijual secara terpisah dari organisasi operasionalnya.
2.    Nilai berkesinambungan (Going Concern Value)
Sejumlah uang yang dapat direalisasikan jika perusahaan dijual sebagai suatu bisnis operasi yang berkesinambungan.
3.    Nilai buku dari aktiva (Book Value)
Nilai akuntansi dari aktiva dikurangi akumulasi penyusutan. Terdapat dua jenis nilai buku, yaitu:
1.  Nilai buku dari perusahaan. Total aktiva perusahaan dikurangi kewajiban dan saham preferen yang tertera dalam neraca.
2. Nilai pasar dari aktiva. Harga pasar dimana aktiva diperdagangkan pada dasar pasar bebas. Bagi perusahaan, nilai pasar terkadang dipandang sebagai nilai tertinggi dibandingkan nilai likuiditas atau nilai berkesinambungan.
Nilai intrinsik sekuritas. Harga sekuritas yang seharusnya, jika dihargai secara benar berdasarkan faktor – faktor penunjang penilaian aktiva, pendapatan, prospek masa depan, manajemen, dll atau berdasarkan fakta – fakta yaitu nilai sekarang (Present Value) dari arus kas yang disediakan untuk investor, didiskontokan pada tingkat pengembalian yang ditentukan sesuai dengan jumlah resiko yang menyertainya.


KEWAJIBAN DAN MODAL

Kewajiban didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang muncul dari kewajiban-kewajiban sekarang pada suatu kesatuan usaha tertentu untuk mentransfer aset atau jasa kepada entitas lain di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi-transaksi atau event-event di masa lalu.
Syarat suatu kewajiban untuk bisa diakui sebagai suatu transaksi adalah bila transaksi yang menimbulkan kewajiban tersebut sudah memenuhi syarat, yaitu prinsip realisasi, atau kekayaan suatu entitas telah digunakan atau telah dikorbankan, dan suatu kewajiban dapat diukur secara obyektif.

Istilah-istilah dalam kewajiban:
a.    Contractual liabilities adalah kewajiban yang didukung oleh perjanjian tertulis
b.   Constructive obligation adalah kewajiban yang tidak dinyatakan secara tertulis, misalnya pembayaran cuti atau bonus tertentu
c. Equitable obligation adalah kewajiban yang tidak dikuatkan dengan kontrak dan hanya karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan
d.   Contingent liabilities adalah kewajiban yang berkaitan dengan kejadian di masa depan yang tidak pasti, yang mungkin akan menimbulkan suatu keuntungan ataupun kerugian bagi suatu entitas. Contohnya, jaminan atas produk yang dijual. Pinsip akuntansi mengatur bahwa hanya kejadian yang berpotensi menimbulkan kerugian (kewajiban) yang dicatat dengan persyaratan berikut:
•      Kewajiban itu sangat mungkin terjadi atau kekayaan entitas telah digunakan atau telah dikorbankan
•      Kewajiban itu dapat diukur secara terpercaya
e.    Deffered credit adalah sejenis kewajiban, tetapi bukan dalam pengertian memberikan pengorbanan di masa yang akan datang. Deffered credit dibedakan menjadi:
•  Prepaid revenue adalah penerimaan fee di muka yang belum sepenuhnya diimbangi dengan pemberian jasa atau produk yang dibayar
•      Deffered yang muncul akibat peraturan pengakuan pendapatan, misalnyainvestment tax credit dan laba rugi dari transaksi leaseback

Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban
APB Statement No.4 serta SFAC No.5 menyatakan bahwa kewajiban harus dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan kejadian atau transaksi. Jumlah yang dibayar di masa yang akan datang kadang-kadang menggunakan diskonto. Prinsip akuntansi tentang kewajiban menyatakan, bahwa secara umum kewajiban diukur dengan jumlah yang disepakati dalam pertukaran. Hutang lancar seperti account payable diukur berdasarkan nilai kewajiban yang akan dibayar oleh suatu entitas di masa yang akan datang, sedangkan untuk kewajiban yang masuk kategori non-current (hutang jangka panjang), pengukurannya didasarkan pada  present value yangdihitung berdasarkan current interest rates.
Beberapa perkiraan yang termasuk dalam golongan kewajiban:
1.        Hutang wesel (Notes Payable)
Janji yang ditulis atau dinyatakan secara formal untuk membayar sejumlah uang tertentu di masa yang akan datang sering kali direfleksikan pada pembukuan sebagai hutang wesel. Pada umumnya hutang wesel merupakan bukti dari surat promes. Promes merupakan bukti bahwa suatu entitas bisnis memiliki hutang usaha jangka pendek, baik untuk tujuan operasi maupun untuk pembelian barang dagangan. Hutang ini biasanya disertai dengan tingkat bunga pasar yang di-discounted agar wesel tersebut berada pada nilai bunga pasar yang sesungguhnya.
2.        Hutang obligasi (Bond payable)
Sertifikat obligasi yang sering disebut obligasi, merupakan surat pernyataan kewajiban yang dikeluarkan oleh suatu entitas atau lembag apemerintah yang menjamin pembayaran pokok pinjaman pada waktu tertentu di masa yang akan datang ditambah dengan bunga periodik, yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang. Hutang obligasi dicatat dengan net proceed setara dengan present valuedari bunga-bunga yang akan dibayarkan di masa yang akan datang serta pelunasan pokok obligasi tersebut oleh pemilik obligasi. Karena hutang dicatat berdasarkan net proceed dari transaksi, maka premium atau diskonto obligasi dapat segera diketahui.
3.        Obligasi konvertibel (Convertible bond)
Jenis obligasi ini menyediakan konversi ke dalam surat berharga jenis lainnya sebagai pilihan bagi para pemegang obligasi. Ciri konversi yang dimiliki, yaitu pemegang obligasi pada umumnya diperbolehkan untuk menukarkannya dengan saham biasa.
Obligasi konvertibel memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•      Tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh entitas untuk obligasi non-konvertibel
•      Harga konvesi awal yang lebih tinggi daripada harga saham biasa pada tanggal keluarannya
•      Hak penarikan dipertahankan oleh entitas tersebut


MODAL
Dua elemen modal para pemegang saham, yaitu modal setoran dan laba ditahan. Kedua elemen modal tersebut tidak selayaknya digabungkan karena karakteristiknya berbeda. Konsep laba komprehensif mendukung pemisahan tersebut karena alasan-alasan berikut.
•      Laba komprehensif memuat semua perubahan-perubahan laba dan modal di samping karena transaksi-transaksi operasi
•      Penggunaan capital fisik termasuk koreksi-koreksi merupakan komponen laba komprehensif
Pemisahan fungsi antara manajemen dengan pemegang saham menjadikan modal merupakan hutang yang dimiliki oleh suatu entitas kepada pemilik, dan konsep artikulasi menunjukkan bahwa besarnya capaian atau kinerja manajemen digambarkan dalam bentuk laba periode berjalan maupun laba ditahan. Pengungkapan informasi tentang modal pemegang saham sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi untuk menyediakan informasi kepada pihak berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen, dan juga menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Informasi tentang modal minimal menyediakan minim al hal-hal berikut:
a.    Sumber modal pemegang saham beserta historinya
b.    Aturan yang dimiliki oleh suatu entitas atau yuridis yang membatasi pembagian dividend an pengembalian modal setoran kepada pemegang saham.
c.    Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya

Komponen Modal
Terdapat unsur tradisi yang mempengaruhi penyajian modal pemegang saham, yaitu adanya anggapan bahwa penyajian modal berdasarkan sumbernya menunjukkan informasi tentang riwayat modal perseroan sejak berdirinya. Namun, adanya transaksi modal seperti penjualan saham baru, transaksi treasury stock, transfer dari satu elemen ke elemen yang lain serta transaksi sejenis lainnya menjadikan penggambaran riwayat modal tersebut tidak dapat dipertahankan.
Beberapa komponen yang membentuk modal perseroan, yaitu:
a.       Jumlah rupiah maksimum yang dapat disetorkan oleh para pemegang saham, yang disebut dengan modal dasar.
b.      Jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham yang disebut dengan modal disetor, dan selisih antara modal dasar dengan modal disetor disebut dengan modal protepel.
c.       Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi atau revaluasiaset-aset berwujud yang dimiliki perseroan.
d.      Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
e.       Jumlah rupiah donasi dari pihak non pemegang saham
Modal saham juga merupakan batas tanggung jawab pemegang saham dan batas kerugian pribadi yang harus ditanggung oleh pemegang saham. Artinya, dalam hal terjadi likuidasi, pemegang saham tidak dapat menuntut pembagian kekayaan atas dasar modal disetor (kecuali ada sisa), dan sebaliknya tidak dapat diminta untuk menutup hutang melebihi dari modal yang telah disetor.

Laba Ditahan
Laba ditahan merupakan akumulasi laba selama periode operasi yang dicapai oleh suatu entitas. Secara teoritis, laba ditahan yang tersedia secara keseluruhan adalah untuk dibagikan sebagai dividen. Jika dividen yang dibagikan melebihi laba ditahan yang dimiliki perseroan atau ada sebagian modal setoran yang didistribusikan sebagai dividen, maka kelebihan atau sebagian modal setoran yang didistribusikan tersebut bukan merupakan dividen bias, tetapi merupakan dividen likuidasi.
Laba ditahan yang tidak dibagi sebagai dividen berarti bahwa laba tersebut diinvestasikan kembali secara permanen dan ini berarti bahwa laba ditahan tersebut secara konseptual merupakan modal setoran kendali para pemegang saham yang tidak secara langsung melakukan setoran tersebut. Realitas menunjukkan bahwa pada umumnya pembagian dividen tidak didasarkan pada tersedianya laba ditahan tetapi lebih didasarkan pada pertimbangan laba tahun berjalan. Akan tetapi, pada perseroan yang beroperasinya cukup lama, maka porsi laba ditahan menjadi cukup besar dari keseluruhan modal dan bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan modal disetor. Namun, mereka tidak memiliki aturan bahwa keseluruhan laba ditahan tersebut dibagikan sebagai dividen.
Laba ditahan disajikan dalam kelompok modal pada urutan setelah modal disetor. Urutan dari bawah tersebut menunjukkan urutan kerugian atau penyerapan rugi sehingga penyajian laba ditahan konsisten dengan konsep bahwa laba ditahan merupakan penyangga umum terhadap segala kemungkinan rugi.


REVENUE (PENDAPATAN)
IAS 18: Pendapatan merupakan aliran masuk manfaat ekonomik dalam satu periode yang berasal dari kegiatan rutin suatu badan usaha yang menyebabkan peningkatan equitas selain dari kontribusi dari pemilik.
IASB:, Pendapatan merupakan bagian dari Income, yang merupakan peningkatan manfaat ekonomik dalam periode akuntansi dalam bentuk peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang berasal dari peningkatan equitas selain dari kontribusi dari pemilik
FASB: Pendapatan merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas ( atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha

Karakteristik-karakteristik pendapatan:
Aliran masuk atau Kenaikan aset. Paton dan litleton (1970, hlm. 47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian atau keadaan sebagai berikut.
a.       Transaksi yang berasal dari kreditor dan investor
b.      Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tgetap, suart berharga,segemen bisnis dan anak perusahaan.
c.       Hadiah, donasi, atau temuan
d.      Revaluasi aset yang telah ada
e.       Penyedaiaan dan atau penyerahan produk (barang atau jasa).
Operasi utama berlanjut. Kegiatan utama atau sental yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan berasal dari kegiatan pendanaan dan investasi. Pengertian operasi utama disini lebih dikaitkan sebagai dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk dan jasa untuk mendatangkan laba (profit-directed activities) dan bukan untuk membatasi jenis produk utama dan produk samping.
Operasi dan Non-Operasi. Produk yang dihasilkan secara tidak rutin insidental sering dianggap sebagai pos pendapatan “nonoperasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinnya sebagai  non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Penurunan kewajiban. Pendapatan tidak hanya didefinisikan dengan kenaikan aset tetapi juga dari penurunan atau pelunasan kewajiban. Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayaran dimuka dari pelanggan.
Suatu Entitas. Hubungan perusahaan dengan pemilik adalah hutang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama.
Produk Perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan pengertian ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian (event) atau saat penyerahan produk kepada pelanggan. Disini pendapatan didefinisi secara fisis dan bukan secara moneter